PERAN ENERGI UNTUK MANUSIA
- Feb 18, 2020
- 3 min read
Updated: Feb 19, 2020

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu menggunakan energi. Kita ketahui dari energi tidak dapat di ciptakan atau di musnahkan tetapi energi hanya dapat dikonversi dari energi kinetik menjadi energi listrik. Manusia modern sangat bergantung kepada energi dan tidak dapat hidup tanpa energi. Telah kita ketahui setiap harinya kita menggunakan listrik untuk penerangan, televisi, pendingin ruangan, dan beragam peralatan elektronik lainnya; kita juga menggunakan elpiji, kayu bakar, briket, atau kompor listrik untuk memasak. Saat bepergian, kita banyak menggunakan moda transportasi yang tentu memerlukan bahan bakar: bensin, solar, hingga avtur. Banyak barang yang kita pakai merupakan produk dari industri yang tentunya memerlukan energi untuk melakukan kegiatan operasional. Maka dari manakah sumber energi tersebut? Untuk saat ini setidaknya ada dua jenis sumber energy berdasarkan kelompok energi fosil dan energi baru terbarukan.
Saat ini sumber energi yang dominan kita gunakan adalah energi fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas alam; yang tersedia terbatas di alam dan karenanya tidak terbarukan. Selain jumlahnya yang terbatas, pembakaran energi fosil juga menghasilkan emisi gas rumah kaca, termasuk karbondioksida, yang bersifat merusak lingkungan dan atmosfer. Suhu global mengalami kenaikan drastis sejak masa Revolusi Industri, kegiatan manusia yang secara intensif menggunakan energi dan didominasi energi fosil menyebabkan terjadinya pemanasan global. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yaitu panel internasional antar negara yang mengkaji perubahan iklim global, pada tahun 2018 lalu telah meluncurkan Special Report on Global Warming of 1.5oC (Laporan Khusus tentang Pemanasan Global 1,5 Derajat). Laporan ini memuat berbagai dampak akibat pemanasan global pada kesehatan manusia, ketahanan pangan, dan ekosistem; serta memberikan rekomendasi hal-hal yang harus dilakukan semua negara di dunia untuk membatasi kenaikan suhu 1,5oC di atas suhu ratarata sebelum masa pra-industri.

Adanya krisis perubahan iklim yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil telah mendorong negaranegara di dunia bersepakat menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) global yang dituangkan dalam Kesepakatan Paris (Paris Agreement). Kesepakatan Paris bertujuan menjaga kenaikan temperatur global di bawah 2oC, dan berupaya mencapai 1,5oC. Target ini bisa dicapai dengan mengurangi 70% karbon yang bersumber dari produksi energi pada 2050 dibandingkan dengan 2051. Hal ini dapat dilakukan melalui penerapan dan pemanfaatan energi terbarukan secara besar-besaran, yang dikombinasikan dengan upaya efisiensi energi.
Indonesia telah meratifikasi Kesepakatan Paris (Paris Agreement) melalui Undang-Undang No. 16 Tahun 2016 dan berkomitmen menurunkan emisi GRK nasional sebesar 29% di tahun 2030 dengan usaha sendiri dan tambahan 12% sehingga menjadi 41% dengan bantuan internasional. Salah satu cara memenuhi komitmen tersebut adalah meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan. Rencana peningkatan pemanfataan energi terbarukan tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang menargetkan peningkatan energi terbarukan dalam bauran energi primer dari 5% di tahun 2015 menjadi 23% di tahun 2025. Target ini mengindikasikan jumlah kapasitas pembangkitan listrik dari energi terbarukan sebesar 45 GW pada 2025, dari 115 GW kapasitas terpasang pembangkit listrik.

Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan yang dapat digunakan untuk listrik, bahan bakar memasak, bahan bakar transportasi, dan untuk aktivitas industri. Penggunaan energi terbarukan untuk listrik, misalnya, telah dimulai dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya, bayu, mikrohidro, hingga biomassa untuk mencukupi kebutuhan energi masyarakat di berbagai daerah. Biogas yang dihasilkan dari kotoran hewan, juga digunakan oleh banyak rumah tangga di Indonesia Timur sebagai pengganti kayu bakar. Meski demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan mendorong pembangunan rendah karbon: kerangka kebijakan dan regulasi yang belum sepenuhnya mendukung pengembangan energi terbarukan, pemahaman yang belum merata, hingga informasi bagi masyarakat yang terbatas.

Sebagai pengguna energi, kita bisa berkontribusi dengan memahami dari mana energi kita dihasilkan, apa dampak yang ditimbulkan dengan penggunaan energi fosil yang berlebihan, dan mengetahui pilihan energi terbarukan yang bisa kita gunakan. Kita bisa lebih bijak dalam menggunakan energi, beralih ke energi terbarukan, dan menyuarakan kebutuhan kita akan informasi dan pilihan energi terbarukan pada pemerintah dan penyedia layanan terkait energi.
Comments